Photo from the Nobel Foundation archive. |
Selama beberapa tahun terakhir tempat kediaman Profesor Masatoshi Koshiba di Tokyo, Jepang, selalu diserbu oleh para wartawan yang ingin bersama-sama menunggu kabar dari Stockholm, Swedia, yang memberitahukan bahwa profesor kebanggaan bangsa Jepang itu telah memenangkan Nobel Fisika. Selama beberapa tahun pula berita kemenangan yang mereka tunggu-tunggu itu tidak kunjung datang.
Hari itu, 8 Oktober 2002, sekitar 20 wartawan tetap menunggu dengan sabar di kediaman Koshiba seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan berita yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Nobel Fisika tahun 2002 dihadiahkan kepada Masatoshi Koshiba dan Raymond Davis, Jr. (atas penemuannya di bidang astrofisika berkaitan dengan pendeteksian neutrino kosmis), dan Riccardo Giacconi (juga di bidang astrofisika, berkaitan dengan penemuan sumber-sumber sinar-X kosmis).
Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Ia mengenyam pendidikannya di sebuah sekolah menengah atas di Yokosuka, yang juga merupakan tempat Perdana Menteri Junichiro Koizumi bersekolah. Koshiba remaja bercita-cita untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel bersejarah). Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring dan beristirahat. Masa-masa pemulihannya dilalui dengan membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang diberikan oleh gurunya. Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya. Menurut guru itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena nilai-nilainya di mata pelajaran eksakta itu sangat buruk. Komentar inilah yang membuat Koshiba memilih jurusan fisika di Tokyo University.
Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University, Koshiba mendapatkan penolakan yang membuatnya mencoba kembali untuk kedua kalinya. Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil. Koshiba mulai mempelajari fisika di Tokyo University sambil melakukan pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya. Kesibukannya mencari nafkah itu hampir saja menggagalkan usahanya dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi. Saat itu ia tidak memiliki banyak waktu untuk hadir di setiap kuliah, bahkan dalam satu minggu ia hanya mempunyai waktu untuk mengikuti satu kuliah saja. Dengan kondisi seperti itu tidak ada yang menyangka bahwa Koshiba akan berhasil lulus (1951). Berbeda dengan riwayat para pemenang Nobel lainnya, yang biasanya mencatatkan prestasi akademis yang menakjubkan, Koshiba justru lulus dengan nilai terendah. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa dalam mencoba mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke University of Rochester, Amerika Serikat, dengan berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University yang secara jujur menyatakan: His results are not good, but he’s not that stupid. Ia diterima di University of Rochester dan mendapatkan gelar Ph.D. di sana pada tahun 1955. Pada tahun 1958 Koshiba kembali ke Tokyo University untuk bekerja di sana sampai 31 Maret 1987, sebelum pindah ke Tokai University sampai ia pensiun di tahun 1997. Koshiba yang sewaktu lulus dari Tokyo University mendapatkan nilai terendah akhirnya menjadi profesor fisika di tempat yang sama. Satu bulan sebelum ia mengakhiri masa kerjanya di Tokyo University (23 Februari 1987), Koshiba berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino, yang jejaknya dideteksi menggunakan detektor Kamiokande (untuk menghasilkan ledakan supernova) yang dirancang dan dibuatnya sendiri. Penemuannya ini melahirkan bidang penelitian baru yang sangat penting dalam astrofisika, yaitu astronomi neutrino.
Selain hadiah Nobel Fisika, penemuannya ini juga telah menganugerahinya berbagai penghargaan lain di dunia internasional, seperti Der grosse Verdienstkreutz dari presiden Jerman Barat, Order of Cultural Merit dari Kaisar Jepang, dan Wolf Prize dari president Israel. Koshiba juga terdaftar sebagai anggota American Physical Society, Physical Society of Japan, dan Japanese Astronomical Society.
#Sumber: Yohanes Surya Institute
Tidak ada komentar:
Posting Komentar